First Step at Binus University

 

Hai Guys

Nama gue Ryan, anak daerah.

Sejak kecil, gue adalah seorang anak laki-laki yang tinggal di perbatasan kota Bogor dan Depok, jauh dari pusat kota, dan bersekolah di sekolah yang sama selama 15 tahun.

Lulus SMA, yang pertama gue nikmati semata-mata hanyalah kedamaian dan ketenangan, tanpa beban. But life must go on, yeah? Semakin mendekati pertengahan tahun, gue mulai merasakan ketegangan (baca: keengganan) untuk kembali belajar, terlebih lagi di lingkungan baru.

16 hari menjelang peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-71, gue untuk pertama kalinya secara sah sebagai calon mahasiswa baru melangkahkan kaki di bumi Bina Nusantara; hal itu dapat terjadi tidak lepas dari adanya kegiatan FEP, atau Fresh Enrichment Program, nama keren (dikit) dari ospek.

Pagi itu, 20 menit setelah menyiduk bubur ayam 12 ribu di dekat kampus, gue memulai perjalanan FEP ini, sebagai Ryan, sebagai calon mahasiswa, sebagai BBN07, sebagai Binusian.

 

***

GENERAL ORIENTATION

Hari pertama menjalani FEP, gue bersama anak-anak jurusan Cyber Security dan GAT berkumpul di ruang L3D Kampus Syahdan. Istilah BC dan Buddy pun diperkenalkan kepada kami oleh kakak-kakak senior. Satu persatu dari kami maju ke depan kelas dan memperkenalkan diri, dilanjutkan kakak kakak senior.

 

Introduction, itulah topik yang kami bahas hari pertama. Sejujurnya singkat, 3 jam pertemuan hari itu hanya diisi dengan games dan perkenalan. Secara teori, kami (maba-maba culun) diharapkan sudah saling mengenal pada akhir pertemuan itu. Kami juga diajarin cara bernyanyi Mars Binus dan Mars Binusian. Pukul satu siang kami pun diperbolehkan untuk pulang.

 

Pada hari kedua, gue terlambat. Pertemuan kali ini membahas tentang bagaimana menjalani kehidupan perkuliahan dimana terdapat beberapa hal yang perlu dipahami oleh Mahasiswa. Dalam sesi pertama kami dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan “Global Employability & Enterpreneur Skills” (EES) Programme di Binus, bagaimana pentingnya EES Skills untuk menjamin masa depan & memotivasi kami agar mau aktif  mengembangkan bakat dan kemampuann kami melalui program-program yang ada di Binus. Sesi selanjutnya kami dijelaskan macam-macam organisasi yang ada di Binus serta  pentingnya berorganisasi untuk melatih softskills (keahlian lembut)

 

Keesokan harinya, disebut juga hari ketiga FEP, tanpa basa-basi kami disuapin segala macam tata tertib dan aturan kampus. 3 Jam pertemuan kami jalani dengan penuh antusias (baca: melelahkan). Kami dijelaskan bagaimana beretika di kampus, tata tertib melaksanakan ujian, hingga syarat-syarat untuk sidang tesis. Yang paling gue inget, yang menandakan berhasilnya pembicara menyampaikan topiknya, adalah peraturan tidak boleh pake sandal di kampus.

 

Pada hari keempat FEP, diadakan sebuah acara bertajuk Bunga Rampai. Gue sendiri nggak tau asal-usulnya darimana, kenapa namanya begitu, kenapa Brad Pitt dan Angelina Jolie cerai, yang pasti hari itu adalah hari dimana kami hanya datang, duduk di Auditorium, nontonin kakak-kakak senior beratraksi demi mengkampanyekan UKM yang dibelanya, kemudian pulang. Remah-remah kenyamanan libur kembali terasa.

 

Guys, trust me. Binus menjadi seperti sekarang ini, telah berkali-kali merasakan jatuh bangun. Begitu juga dengan kita sebagai manusia, with great power comes great responsibility, but even before, one have to struggle to obtain the power. `Itulah yang menjadi pembahasan kami di hari kelima FEP. Kegiatan dimulai dengan berkumpulnya kami di ruang 400 Auditorium. Dipimpin langsung oleh Pak Prabowo sang Rektor Binus, sesi pagi itu berlangsung ricuh karena Beliau bermurah hati mentraktir Starbucks bagi (calon) mahasiswa  yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mautnya.

 

Hari keenam, hari Sabtu, hari terakhir General Orientation FEP, gue berangkat ke kampus dari Bogor. Sampai di kampus, gue langsung duduk nulis surat. Bukan rajin, semalem gue lupa kalo hari itu harus bawa surat buat abang-abang BC. Guidelinenya: mau nulis apa aja, terserah. Mau nulis terserah, terserah. Kemudian kami dikumpulkan di parkiran Kampus Syahdan untuk saling menampilkan pertunjukkan di hadapan angkatan-angkatan lain. Acara berlangsung sangat ramai. Setelah itu, kami dibagi kelompok untuk berkeliling gedung Syahdan, mengunjungi stan-stan organisasi kemahasiswaan, sekaligus mendaftar. Jam 4 sore kami berkumpul bersama kakak-kakak BC untuk saling bilang terima kasih dan pada akhirnya pulang ke rumah masing-masing.

 

***

ACADEMIC ORIENTATION

Beberapa minggu setelah itu, pada hari Selasa pagi tanggal 6 September 2016, gue balik ke Kampus buat menjalani Orientasi Tahap 2: Academic Orientation (AO). AO ini secara teori dilaksanakan selama 2 minggu, sejak 5 September hingga 15 September 2016.

Hari pertama, kelas dimulai pukul 7 pagi, dengan materi Algoritma. Pagi itu bocah-bocah dari Departemen School of Computer Science dikumpulkan di Auditorium untuk belajar dasar- dasar Algoritma. Materi dibawakan oleh dosen perempuan setengah baya, jujur sampe sekarang gue masih belom tau siapa Beliau, secara hari itu gue dateng terlambat. (Tolong jangan ditiru.)

Setelah sesi di Auditorium berakhir, pada pukul 1 siang kami melanjutkan sesi di kelas bersama seorang dosen muda yang kocak, Beliau adalah pak Yohan Muliono, yang pada saat tulisan ini dipost baru seminggu lebih memakai gelar S2 pada namanya. Ko Yohan dengan gaya ga niatnya menjelaskan ritual-ritual yang bakal kita lakuin selama merajut ilmu disini. Sesi berakhir pukul 5 sore.

 

Keesokan harinya, sesi dimulai lebih siang, pukul 11 gue datang ke kampus, kali ini Syahdan dan dikelas dijelaskan tentang struktur organisasi kampus, masih bersama Ko Yohan  Dijelaskan juga tentang Academic Advisory sebagai pembimbing dan konseling kami selama menjalani perkuliahan.

Setelah break dilanjtkan dengan sesi Pengenalan terhadap Keamanan Informasi yang dibawakan oleh dosen lain, pak Aditya Kurniawan yang sekaligus adalah Kepala Jurusan Cyber Security. Dalam sesi tersebut pak Adit juga menunjukkan salah satu keahliannya dengan meretas (spoofing sebenernya) akun Facebook milik teman kami. Anjey.

 

Hari ketiga, gue dateng lebih siang lagi, pukul 1 siang kelas baru dimulai. Pukul sebelas gue udah berangkat dari rumah, namun karena kesoktauan gue mencoba mencari jalan lain ke kampus, gue malah nyasar ke Monas. Ha Ha -_-

Akhirnya gue sampe di kelas (lagi-lagi) telat. Namun gue ga sendiri, ada juga yang bahkan telat lebih lama dari gue. Hari itu kami kembali diajarkan tentang Algoritma. Namun sudah mulai masuk ke syntax-syntax. Pada awalnya gue benar-benar gapunya dasar apa-apa tentang pemrograman. Jadi yang bisa gue lakukan hanyalah duduk dan mencatat semua yang ditulis dan dijelaskan; berharap di rumah saat semedi gue bisa mengerti. Kami juga diberi tugas untuk mengerjakan 30 Days Challange dari H*ckerRan*, serta sedikit-sedikit membuka tentang CTF. Sekitar pukul 5 sore sesi berakhir dan kami pulang. Gue, seperti hari-hari sebelomnya (belom cerita ya?), langsung menuju warteg untuk makan sore.

 

Keesokan harinya, Sabtu , adalah hari GSLC. Bagi yang cupu, GSLC singkatan dari Guided Self Learning Class, bahasa elit dari belajar di rumah. Bagi anak-anak yang mengikuti HTTP (acara dari himpunan mahasiswa TI gitu), mereka tetap harus ke kampus karena acara diadakan hari itu, sebagai bagian dari tugas belajar dirumah. Karena gawajib, dan atas pendapat dari kakak-kakak BC pada GO yang lalu, dan setelah melalui pertimbangan yang cukup ketat, akhirnya gue memutuskan untuk tidak mengikuti acara tersebut. Singkatnya, pada hari itu gue libur. Yeah.

 

AO kembali dilanjutkan pada tanggal 14 September 2016, berhubung hari Senin bertepatan dengan perayaan Idul Adha (gue secara pribadi mengucapkan selamat bagi yang merayakan).

 

Hari itu kelas dimulai pukul 7 pagi. Dan kali ini, gue gak telat. Hari itu kami kembali diberikan materi Algoritma, karena besok akan diadakan semacam simulasi ujian sehingga kami betul-betul paham tata cara ujian nanti. Dalam pikiran gue berkecamuk apakah harus belajar ato enggak. Di satu sisi gue ngerasa gaperlu belajar karena toh gamasuk nilai beneran, namun disisi lain gue butuh belajar karena secara ga langsung dengan belajar gue jadi lebih cepat menguasai materi, sehingga jalan untuk menguasai materi-materi lain dikedepannya akan lebih ringan. Kembali setelah beberapa pertimbangan, gue memutuskan untuk memikirkannya nanti apakah akan belajar atau tidak dan melanjutkan pelajaran (pada akhirnya gue belajar). Sesi pada hari itu berakhir pada pukul 5 sore, setelah makan gue pun langsung pulang, dan BELAJAR.

 

15 September 2016, hari terakhir AO. Hari ini diadakan simulasi ujian. Sesi dimulai pukul 9 pagi, kami dijelaskan tentang Center-Center yang akan membantu kami selama menjalani perkuliahan. Menjelang istirahat, gue ngerasa hasil gue belajar semalem belom cukup buat bertahan di ujian nanti. Jadi setelah makan di warteg gue ke perpus untuk kembali memperdalam ilmu.

Pukul 1 siang kami kembali ke kelas dan semua dimulai.

Ada 4 soal ujian algoritma dan tambahan 2 soal esai yang harus kami kerjakan, dalam waktu 2 jam. Hasilnya? Gue dapet 50, alias hanya bisa menjawab 2 dari 4 soal yang ada. Hahaha. Gue sadar kalo hal ini menjadi tolak ukur gue di kedepannya nanti. Bahwa gue masih perlu belajar lebih giat lagi. Dan dari ujian ini, gue tahu seluas apa dasar yang udah gue punya, dan dengan itu gue merancangkan bagaimana membangun ilmu dari dasar-dasar itu. Dan sekarang, saat diketiknya tulisan ini, gue sudah tahu selama 3 tahun ini apa yang akan gue raih. God Bless Us.

 

End of Story

***

ORGANIZATION SKILL

Salah satu hal yang gue pelajari selama menjalani orientasi demi orientasi di Binus ini adalah, IP bukan yang utama dalam membangun karir. Memang IP gue butuhkan untuk membawa gue ke meja lamaran; namun setelah itu, soft skill lah yang gue butuhkan untuk mempertahankan dan  membangun karir di tempat kerja. Tidak ada karyawan yang menjadi lebih “spesial” dan dipandang hanya karena predikat suma cum laude di ijazahnya.

Apa itu soft skill?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(disclaimer: ane ga dibayar sepeser pun dalam pembuatan kisah ini, semua semata-mata murni karena kecintaan ane terhadap nusa dan bangsa)